• Breaking News

    Menceritakan apa yang ingin diceritakan

    Minggu, 25 November 2012

    Konsep New Conservatism, Social Democracy, dan New Radicalism, serta Insecurities



    TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER
    MATA KULIAH TEORI KESEJAHTERAAN SOSIAL DASAR
    Ika Laelasari (1106059410), Oktober 2012
    1.        a. Konsep Modern Conservatism
    Ciri yang paling menonjol dari modern konservatisme adalah konsep mengenai free market dan liberalisme. Pandangan ini menganggap bahwa pasar bebas (free market) akan bekerja sangat baik untuk menghasilkan kesejahteraan. Dengan adanya pasar bebas maka investasi akan meningkat dan pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi ini akan memberikan “trickle down effect” atau efek tetesan ke bawah seperti meluasnya lapangan pekerjaan dan tingginya upah.
    Nekonservatisme adalah pandangan yang menentang adanya intervensi pemerintah dan kolektivisme. Pandangan ini menganggap adanya konsep welfare state sebagai gangguan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Kristol :
    “market inequalities are reflection of natural inequalities, so that any attempt to interfere with them, e.g through a welfare state, is an unnatural attempt to portray the wealth creators as villains and the unproductive as victim.”[1]
    ketidakseimbangan pasar adalah refleksi ketidakseimbangan alami sehingga setiap upaya untuk mengganggunya, misalnya melalui negara kesejahteraan, merupakan suatu kejahatan.”
    Murray juga berpendapat bahwa “war on poverty had created more poor people rather than less since generous benefits encourage familiy breakdown”[2] yang maknanya adalah perang terhadap kemiskinan, yang dimaksud disini adalah welfare state, menciptakan lebih banyak orang miskin ketimbang sedikit keuntungan dan mendorong perpecahan keluarga dan pengangguran.
    Paham ini menjunjung tinggi konsep liberalisme. Sehingga peran pemerintah sangatlah kecil. Keputusan-keputusan demokratis hanya terbatas dalam bidang kenegaraan saja, yang bertugas sebagai penjamin keberadaan pasar bebas. Beberapa asumsi mendasar posisi
    liberal adalah:
    • Pasar mengatur dirinya sendiri, di mana pasar mengamankan aturan penawaran atas barang-barang materiil dan non-materiil berdasarkan permintaan masyarakat.
    • Kebebasan mempunyai prioritas mutlak terhadap persamaan dan solidaritas, prioritas utama kedudukan individu terhadap masyarakat.
    • Kebebasan terealisasi langsung lewat pasar. Pengekangan (terutama) terhadap kebebasan pasar dapatlah disamakan dengan pengekangan sama sekali kebebasan dan karenanya ditolak.
    • Negara menerima tugas, menciptakan persyaratan-persyaratan bagi pasar dan risko sosial yang menimpa manusia ketika terjerumus ke kondisi darurat tanpa kesalahannya. Paling tidak, mengamankannya dari tuntutan nilai-nilai dasar. Wilayah politis yang terkurung sempit ini diregulasi oleh demokrasi. Negara hanyalah berwenang membuat kerangka tatanan masyarakat.
    • Gambaran tentang manusia berorientasikan kebebasan, yang membedakan satu sama lainnya oleh prestasi dan hidup sebagai makhluk pemaksimal manfaat.
    • Konsep-konsep liberal bertolak dari bank sentral yang independen, yang terutama target prioritasnya adalah stabilitas nilai uang.[3]
    b. Konsep Social Democracy
    Sosial demokrasi meupakan paham “jalan tengah”, antara paham kanan, yaitu Konnservatisme Modern dan paham kiri, yaitu Radikalisme Baru. "Jalan Ketiga" itu berupaya untuk menghidupkan kembali budaya madani, mengusahakan sinergi antara sektor publik dengan sektor swasta, memanfaatkan dinamika pasar sambil tetap selalu memikirkan kepentingan umum.
    Sosial demokrat adalah mereka yang ingin membawa ekonomi kapitalis di bawah beberapa dari kontrol kolektif menggunakan reformasi statis dan gradualis yang lebih ambisius dan intervensionis daripada yang disukai oleh para pemikir di atas atau bahkan oleh pendukung kapitalisme pasar sosial. Sosial demokrat meminjam dari tradisi modernis berpikir dorongan untuk melangkah di luar parameter yang telah diberikan, untuk merekayasa ulang di mana kita berada dengan realitas pencitraan sosial alternatif sesuai dengan prinsip-prinsip universal dan cita-cita.[4]
                Menurut Giddens , demokrasi sosial  memerlukan keadaan investasi sosial dimana implikasi kesetaraan dimasukkan dengan cara masyarakat, melalui distribusi pendapatan dan kekayaan.[5]
    Dari pernyataan di atas terlihat bahwa sosial demokrasi berusaha memasukkan intervensi pemerintah untuk mengawasi pasar. Paradigma ini memandang bahwa ekonomi tidak bisa diserahkan seutuhnya kepada pasar. Perlu adanya intervensi pemerintah untuk mengatur dan mengawasi perekonomian agar bisa mewujudkan kesejahteraan.
                Salah satu bentuk intervensi pemerintah adalah dalam pengaturan pajak. Pemerintah menaikkan pajak untuk melindungi ekonomi dalam negeri dan sebagai sumber dana jaminan sosial bagi seluruh warganya.
    c. Perbedaan Modern Conservatism dan Social Democracy
                Antara paham Modern Conservatism dan Social Democracy memiliki banyak perbedaan. Pertama, dari segi peran pemerintah dalam megontrol pasar. Pada paradigma konservatisme modern peran pemerintah terhadap pasar sangatlah kecil. Perekonomian dianggap lebih baik diserahkan kepada mekanisme pasar. Sehingga kaum ekonomi atas dan kaum ekonomi bawah dibiarkan berjalan sendiri-sendiri mengikuti pasar. Sedangkan pada paradigma Sosial Demokrasi pemerintah turut intervensi dalam mengatur pasar, meski tidak sebesar pada paham radikal.
                Kedua, perbedaan dalam pengaturan pajak. Pada paradigma Konservatisme Modern pemerintah menurunkan pajak agar semua pelaku ekonomi baik kolektif maupun individu bisa masuk pasar. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan ekonomi meningkat sehingga terjadi “trickle down effect” atau efek tetesan kebawah dimana pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan memberikan manfaat untuk kaum bawah, seperti luasnya lapangan pekerjaan dan tingginya upah. Sedangkan pada paradigma Sosial Demokrasi pemerintah menaikkan pajak agar mencegah munculnya pasar bebas dan kapitalisme. Dana pajak ini juga yang kemudian menjadi sumber dana untuk bantuan dan jaminan sosial bagi masyarakat.
    Ketiga, perbedaan dalam hal pemberian bantuan dan jaminan sosial. Pada paradigma Konservatisme Modern pemberian bantuan oleh pemerintah jumlahnya sangat minim. Pemberian bantuannya lebih bersifat residual. Sedangkan pada paradigma Sosial Demokrasi, bantuan yang dberikan kepada masyarakat jumlahnya cukup besar. Dana yang digunakan untuk bantuan dan jaminan sosial ini berasal dari dana pajak yang tinggi.
    2.        New Radicalism
    New radicalism menganggap bahwa materialisme merupakan contoh dari pengembangan secara teoritis mengenai egalitarian. Egalitarian merupakan paham yang menganut tentang persamaan dan kesetaraan. Salah satu implikasi dari analisis pakar Temkin (1993) adalah kesetaraan berjalan dari paradoks dan intorensi yang diperlakukan sebagai prinsip yang dapat berdiri sendiri.[6] Jadi paham ini lebih menekankan adanya persamaan dan kesetaraan.
    Dalam mewujudkan persamaan dan kesetaraan inilah peran pemerintah sangat mendominasi. Dengan adanya dominasi negara ini, menyebabkan peran pasar sangat kecil. Pemerintah menetapkan pajak yang tinggi untuk mencegah terjadinya free market. Aset-aset kepemilikan tanah dikuasai oleh negara untuk mewujudkan kesetaraan.
    Paham ini sangat menentang adanya privatisasi aset karena akan menimbulkan kapitalisme.
    Paham ini menganggap bahwa adanya kontrol yang besar dari pemerinah pasar bisa mengalokasikan barang dengan sangat efisien tanpa mengesampingkan sumberdaya manusia dan non-manusia. Tidak seperti pasar dalam kapitalis yang didasarkan pada kepemilikan dan laba. Pasar dalam sistem sosialis dioperasikan dalam kontreks institusi dan dibentuk melalui kriteria-kriteria tertentu. Pasar sosialis tidak menyetujui kaum liberal yang mempertahankan ruang kebebasan individu dan keputusan desentralisasi, namun sistem pasar sosialis hanya menyediakan kebutuhan yang minim untuk menjadi negara kesejahteraan karena adanya masalah pengangguran dan upah yang rendah.[7]
    3.        a. Insecuritas
    Sebelum membahas insecurities maka disini haruslah dimengerti dulu apa itu security. Merasa aman apabila terpenuhinya empat dimensi, yaitu : pertama, aman dari segi keuangan (financial), dapat memprediksi kehidupan, perlindungan terhadap kriminalitas, dan keamanan psokologi.
    Pertama, keamanan keuangan yaitu saat mereka mendapatkan pendapatan yang stabil, dan tetap. Ketika ia memiliki pendapatan yang pasti serta stabil dengan diimbangi oleh keadaan dimana harga-harga barang pokok juga stabil maka orang tersebut akan merasakan bahwa dirinya itu aman. Kedua, dapat memprediksi ( predictability of ones daily life ). Memiliki pekerjaan tetap yaitu dimana orang tersebut memiliki pekerjaan yang benar-benar pasti atau permanen. Dalam hal ini seseorang merasa lebih aman apabila dia mempersiapkan segala kemungkinan hal-hal apa yang akan terjadi. Menurut masyarakat daripada keamanan akan pendapatan, lebih baik ketika mereka bisa memperhitungkan kehidupan hari esok. Ketiga, perlindungan terhadap kriminalitas. Perasaan aman, ketidakamanan muncul dari kurangnya atau ketidak berfungsian akan hukum dan aturan, sehingga kriminalitas meningkat. Maka apabila kriminalitas tersebut meningkat masyarakat akan merasa tidak aman. Keempat, keamanan psikologi. Keamanan dalam hal ini apabila keadaan emosi atau jasmani serta rohani merasa terpenuhi. Adanya kelompok sosial akan sangat membantu untuk mengurangi rasa ketidakamanan.[8]
    Jadi, insecuritias adalah takut, tidak merasa aman dan terjadi gangguan serta hambatan dalam menghadapi kehidupan apabila tidak terpenuhinya salah satu dimensi-dimensi keamanan tersebut.
    Sementara Fitzpatrick menefinisikan insecurities       berasal dari alam (bencana alam), mengangkang banyak batas-batas alam dan sosial (seperti kasus ini dalam risiko yang terkait dengan pemanasan global, polusi, kelangkaan sumber daya, dll) sementara yang lain berasal dari aspek sosial (seperti dalam kasus ketidakamanan kerja). Ketidakamanan tampaknya berasal dari ketidakpastian tentang masa depan dikombinasikan dengan kurangnya kekuatan untuk mengendalikan masa depan itu.[9]
    b. Insecurities dalam konsep Modern Conservatism dan Social Democracy
    Pada paradigma modern conservatism peran pemerintah sangatlah kecil sehingga peran pasar sangat besar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan diharapkan memunculkan “trickle down effect”. Tetapi seringkali fakta menunjukkan bahwa free market membawa dampak bagi kesenjangan sosial yang tinggi.
    Paradigma ini menjunjung tinggi kesejahteraan masing-masing individu. Hal ini menyebabkan kesenjangan sosial yang tinggi, yang kaya bisa menjadi makin kaya dan yang miskin bisa juga makin miskin ataupun justru menjadi kaya jika dia mau berusaha. Pemerintah memberikan kesejahteraan dengan memberikan bantuan seperti jaminan sosial dll dengan syarat yaitu apabila orang tersebut mengalami keadaan yang benar-benar sudah tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhannya. Maka yang mengalami insecurities disini  adalah orang-orang yang miskin atau powerless.[10]
    Besarnya kekuatan pasar bebas juga menyebabkan matinya usaha-usaha kecil menengah. Pasar bebas juga bisa memunculkan kapitalisme model baru. Selain itu, kecilnya kontrol pemerintah menyebabkan terjadinya insecurities baik bidang ekonomi maupun sosial politk karena sangat bergantung pada keadaan ekonomi pasar.
    Sedangkan pada paradigma Social Democracy  pemerintah bisa mengontrol pasar dengan menaikkan pajak. Pajak yang tinggi menyebabkan sektor ekonomi privat mengalami ketidakamanan karena keuntungan mereka akan semakin kecil. Hal ini bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak akan sebesar jika diserahkan pada free market. Ketika pertumbuhan ekonomi kecil maka pajak yang ditarik juga kecil. Padahal pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk menyediakan jaminan sosial kepada semua masyarakat. Sehingga beban yang ditanggung pemerintah menjadi sangat besar. Jika keadaan ini tidak dapat diatasi maka pemerintah akan mengurangi jumlah bantuan dan jaminan sosial kepada mayarakat. Hal ini yang kemudian menimbulkan insecurities pada masyarakat terutama kelas bawah.
    Selain itu, insecurities muncul karena adanya penyamaan besaran pajak antara kaum atas dan kaum bawah. Penyamaan pajak tersebut tidak bersifat adil karena kaum atas memiliki nilai pajak yang sama tapi saat pemberian pelayanan kaum atas biasanya lebih mendapatkan pelayanan lebih sehingga menimbulkan ketidakamanan bagi golongan bawah.

    DAFTAR PUSTAKA
    Fitzpatrick, Tony. 2005. New Theories of Welfare. New York : Palgrave Macmillan
    Gombert, Tobias, dkk. Landasan Sosial Demokrasi. Friedrich-Ebert-Stiftung. Hal. 68-69
    Ebook: Anxiety, Fear ,and Insecurities
    Makalah kelompok 1. 2012. Teori Kesejahteraan Sosial Dasar: Hubungan Insecurities Dengan New Social Democration, New Radicalism dan Neo Konservatism

    [1] Fitzpatrick, Tony. 2005. New Theories of Welfare. New York : Palgrave Macmillan. p. 8
    [2] Ibid, p. 9
    [3] Gombert, Tobias, dkk. Landasan Sosial Demokrasi. Friedrich-Ebert-Stiftung. Hal. 68-69
    [4] Ibid, p. 13
    [5] Ibid, p. 16
    [6] Ibid, p. 26
    [7] Ibid, p. 28
    [8] Ebook: Anxiety, Fear ,and Insecurities. p.152-153
    [9] Fitzpatrick, Tony. 2005. New Theories of Welfare. New York : Palgrave Macmillan. p. 73
    [10] Makalah kelompok 1. 2012. Teori Kesejahteraan Sosial Dasar: Hubungan Insecurities Dengan New Social Democration, New Radicalism dan Neo Konservatism

    Tidak ada komentar:

    Fashion

    Beauty

    Travel