Abdurrahman bin Auf bin Harits bin
Zuhrah, seorang sahabat asal Quraisy dari suku Zuhri adalah di antara orang
yang masuk Islam dari sejak permulaan Islam dan termasuk sepuluh orang yang
dijanjikan (dikabarkan) masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam serta termasuk enam orang konsultan Nabi. Beliau mengikuti seluruh
peperangan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam termasuk
perang Badar.
Ketika hijrah ke Madinah,
‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu dipersaudarakan dengan Sa’ad
bin Rabi’ Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, salah seorang yang kaya lagi
pemurah di Madinah. ‘Abdurrahman pernah ditawari Sa’ad untuk memilih salah satu
dari dua kebunnya yang luas. Tapi, ‘Abdurrahman menolaknya. Ia hanya minta
kepada Sa’ad ditunjuki lokasi pasar di Madinah.
Sejak itu, ‘Abdurahman bin ‘Auf
berprofesi sebagai pedagang dan memperoleh keuntungan yang cukup besar. Abdurrahman bin 'Auf terkenal sangat jenius dalam
urusan bisnis. Beliau sampai mengatakan, seandainya aku menjumpai sebuah batu,
pasti aku dapat menemukan emas atau perak di balik batu itu. Demikian beliau
mengumpamakan dirinya. Tak heran jika ia menjadi konglomerat ulung.
Tapi, kesuksesan itu tak membuatnya
lupa diri. Ia tak pernah absen dalam setiap peperangan yang dipimpin Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Suatu hari, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam berpidato membangkitkan semangat jihad dan pengorbanan
kaum Muslimin. Beliau berkata:“Bersedekahlah kalian, karena saya akan
mengirim pasukan ke medan perang.”
Mendengar ucapan itu, ‘Abdurrahman
bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu bergegas pulang dan segera kembali ke
hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.“Wahai Rasulullah,
saya mempunyai uang empat ribu. Dua ribu saya infakkan di jalan Allah, dan
sisanya saya tinggalkan untuk keluarga saya.” ucap Abdurrahman. Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakannya agar diberi keberkahan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam membutuhkan banyak dana untuk menghadapi tentara Rum dalam
perang Tabuk, ‘Abdurrahman bin ‘Auf menjadi salah satu pelopor dalam
menyumbangkan dana. Ia menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Melihat hal itu, Umar
bin Khathab berbisik kepada Rasulullah:”Agaknya Abdurrahman berdosa, dia
tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya.”
Maka, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pun bertanya kepada Abdurrahman:“Adakah engkau
tinggalkan uang belanja untuk keluargamu?” Abdurrahman menjawab:“Ada, ya
Rasulullah. Mereka saya tinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang
saya sumbangkan.” “Berapa?” Tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. ‘Abdurrahman radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Sebanyak
rizki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah.” Subhanallah.
Subhanallah, bergetar saya
mengetahui jawaban Abdurrahman bin Auf tersebut. Betapa harta dunia bukanlah
segalanya. Ia rela mengorbankan seluruh harta bendanya untuk berjuang di jalan
Allah. Lalu apakah yang terjadi setelahnya? Apakah Abdurrahman bin Auf jatuh
miskin karena semua hartanya telah ia sedekahkan?
Faktanya Tidak! Sejak itu, rizki yang dijanjikan Allah
Subhanahu wa Ta’ala terus mengalir bagaikan aliran sungai yang deras.
‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu akhirnya menjadi orang terkaya
di Madinah.
Tidak sampai disitu saja
kedermawanan sahabat Rasul yang satu ini. Suatu hari, iring-iringan kafilah
dagang Abdurrahman bin Auf yang terdiri dari 700 ekor unta yang dimuati bahan
pangan, sandang, dan barang-barang kebutuhan penduduk tiba di Madinah.
Terdengar suara gemuruh dan hiruk-pikuk, sehingga ‘Aisyah bertanya kepada
seseorang:“Suara apakah itu?”
Orang itu menjawab:“Iring-iringan
kafilah dagang Abdurrahman.” ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:“Semoga
Allah melimpahkan berkah-Nya kepada ‘Abdurrahman di dunia dan akhirat. Saya
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa Abdurrahman
bin Auf masuk surga dengan merangkak.”
Sejak mendengar bahwa dirinya
dijamin masuk surga, semangat berinfak dan bersedekahnya makin meningkat. Tak
kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 ekor kuda perang,dan
1.500 ekor unta ia sumbangan untuk peruangan menegakkan panji-panji Islam di
muka bumi. Mendengar hal itu, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu mendoakan:“Semoga
Allah memberinya minum dengan air dari telaga Salsabil (nama sebuah telaga di
surga).”
Subhanallah,
meskipun ia sudah dijamin masuk surga tapi ia tetap berinfak di jalan Allah.
Tetapi meskipun terus-menerus menyumbangkan hartanya, kekayaan Abdurrahman bin
Auf tak berkrang sedikitpun bahkan semakin bertambah. Bahkan ketika ‘Abdurrahman bin ‘Auf wafat pada usia 72 tahun. Ia meninggalkan
harta 1.000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3.000 ekor kambing, dan setiap isterinya
mendapatkan warisan 80.000 dinar. Padahal, warisan untuk setiap isterinya hanya
¼ dari 1/8 bagian. Isteri mendapatkan bagian 1/8 karena ada anak, lalu 1/8 ini
dibagi 4 karena istrinya ada 4. Itu adalah perhitungan dalam syariat Islam.
Kekayaan yang ditinggalkan ‘Abdurrahman bin ‘Auf adalah berjumlah 2.560.000
dinar.
Jika dihitung 2.560.000 dinar. [1
dinar = 4.25 gram emas = Rp 2.200.000] [2.560.000 x 2.200.000 = Rp
5.632.000.000.000 ]. Itu ‘Abdurrahman bin ‘Auf dapatkan 15 abad yang lalu.
Allahuakbar! Smangat Islamicpreneurship! Smangat berbagi J
Sumber Referensi :
http://blog.bursamuslim.com/meneladani-karakter-pengusaha-muslim-sejati-abdurrahman-bin-auf/ diakses pada tanggal 13 April 2013 jam 21.00
http://cahayacep.wordpress.com/2012/04/20/abdurrahman-bin-auf-sang-bisnisman-handal/ diakses pada tanggal 13 April 2013 jam 21.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar