• Breaking News

    Menceritakan apa yang ingin diceritakan

    Minggu, 14 April 2013

    Abdurrahman bin Auf, Teladan Pengusaha Muslim Sejati

    Abdurrahman bin Auf bin Harits bin Zuhrah, seorang sahabat asal Quraisy dari suku Zuhri adalah di antara orang yang masuk Islam dari sejak permulaan Islam dan termasuk sepuluh orang yang dijanjikan (dikabarkan) masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serta termasuk enam orang konsultan Nabi. Beliau mengikuti seluruh peperangan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam termasuk perang Badar.  
    Ketika hijrah ke Madinah, ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’ Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, salah seorang yang kaya lagi pemurah di Madinah. ‘Abdurrahman pernah ditawari Sa’ad untuk memilih salah satu dari dua kebunnya yang luas. Tapi, ‘Abdurrahman menolaknya. Ia hanya minta kepada Sa’ad ditunjuki lokasi pasar di Madinah.
    Sejak itu, ‘Abdurahman bin ‘Auf berprofesi sebagai pedagang dan memperoleh keuntungan yang cukup besar. Abdurrahman bin 'Auf terkenal sangat jenius dalam urusan bisnis. Beliau sampai mengatakan, seandainya aku menjumpai sebuah batu, pasti aku dapat menemukan emas atau perak di balik batu itu. Demikian beliau mengumpamakan dirinya. Tak heran jika ia menjadi konglomerat ulung.

    Tapi, kesuksesan itu tak membuatnya lupa diri. Ia tak pernah absen dalam setiap peperangan yang dipimpin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpidato membangkitkan semangat jihad dan pengorbanan kaum Muslimin. Beliau berkata:“Bersedekahlah kalian, karena saya akan mengirim pasukan ke medan perang.”
    Mendengar ucapan itu, ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu bergegas pulang dan segera kembali ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.“Wahai Rasulullah, saya mempunyai uang empat ribu. Dua ribu saya infakkan di jalan Allah, dan sisanya saya tinggalkan untuk keluarga saya.” ucap Abdurrahman. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakannya agar diberi keberkahan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
    Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membutuhkan banyak dana untuk menghadapi tentara Rum dalam perang Tabuk, ‘Abdurrahman bin ‘Auf menjadi salah satu pelopor dalam menyumbangkan dana. Ia menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Melihat hal itu, Umar bin Khathab berbisik kepada Rasulullah:”Agaknya Abdurrahman berdosa, dia tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya.”
    Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bertanya kepada Abdurrahman:“Adakah engkau tinggalkan uang belanja untuk keluargamu?” Abdurrahman menjawab:“Ada, ya Rasulullah. Mereka saya tinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang saya sumbangkan.” “Berapa?” Tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. ‘Abdurrahman radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Sebanyak rizki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah.” Subhanallah.
    Subhanallah, bergetar saya mengetahui jawaban Abdurrahman bin Auf tersebut. Betapa harta dunia bukanlah segalanya. Ia rela mengorbankan seluruh harta bendanya untuk berjuang di jalan Allah. Lalu apakah yang terjadi setelahnya? Apakah Abdurrahman bin Auf jatuh miskin karena semua hartanya telah ia sedekahkan?
    Faktanya Tidak! Sejak itu, rizki yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala terus mengalir bagaikan aliran sungai yang deras. ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu akhirnya menjadi orang terkaya di Madinah.
    Tidak sampai disitu saja kedermawanan sahabat Rasul yang satu ini. Suatu hari, iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman bin Auf yang terdiri dari 700 ekor unta yang dimuati bahan pangan, sandang, dan barang-barang kebutuhan penduduk tiba di Madinah. Terdengar suara gemuruh dan hiruk-pikuk, sehingga ‘Aisyah bertanya kepada seseorang:“Suara apakah itu?”
    Orang itu menjawab:“Iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman.” ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:“Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepada ‘Abdurrahman di dunia dan akhirat. Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak.”
    Sejak mendengar bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat berinfak dan bersedekahnya makin meningkat. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 ekor kuda perang,dan 1.500 ekor unta ia sumbangan untuk peruangan menegakkan panji-panji Islam di muka bumi. Mendengar hal itu, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu mendoakan:“Semoga Allah memberinya minum dengan air dari telaga Salsabil (nama sebuah telaga di surga).”
    Subhanallah, meskipun ia sudah dijamin masuk surga tapi ia tetap berinfak di jalan Allah. Tetapi meskipun terus-menerus menyumbangkan hartanya, kekayaan Abdurrahman bin Auf tak berkrang sedikitpun bahkan semakin bertambah. Bahkan ketika ‘Abdurrahman bin ‘Auf wafat pada usia 72 tahun. Ia meninggalkan harta 1.000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3.000 ekor kambing, dan setiap isterinya mendapatkan warisan 80.000 dinar. Padahal, warisan untuk setiap isterinya hanya ¼ dari 1/8 bagian. Isteri mendapatkan bagian 1/8 karena ada anak, lalu 1/8 ini dibagi 4 karena istrinya ada 4. Itu adalah perhitungan dalam syariat Islam. Kekayaan yang ditinggalkan ‘Abdurrahman bin ‘Auf adalah berjumlah 2.560.000 dinar.
    Jika dihitung 2.560.000 dinar. [1 dinar = 4.25 gram emas = Rp 2.200.000] [2.560.000 x 2.200.000 = Rp 5.632.000.000.000 ]. Itu ‘Abdurrahman bin ‘Auf dapatkan 15 abad yang lalu.

    Allahuakbar! Smangat Islamicpreneurship! Smangat berbagi J  


    Sumber Referensi :



    Tidak ada komentar:

    Fashion

    Beauty

    Travel