• Breaking News

    Menceritakan apa yang ingin diceritakan

    Minggu, 15 Desember 2013

    Konsep Intelejen ala Rasulullah

    Berita mengenai penyadapan beberapa petinggi di Indonesia termasuk presiden yang dilakukan oleh intelejen Australia tengah menjadi berita hangat yang banyak diulas baik di media cetak maupun elektronik.
    Sebenarnya apa itu intelejen?
    Jika mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No.16 tahun 2011 pasal 1 ayat 1
    "Intelejen adalah segala usaha, kegiatan, dan tindakan terorganisir dengan menggunakan metode tertentu untuk menghasilkan produk tentang masalah yang dihadapi dari seluruh aspek kehidupan untuk disampaikan kepada pimpinan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan." Intelejen memang sangat berperan besar bagi keamanan nasional suatu negara.

    Tapi taukah kamu jika konsep intelejen ini telah digunakan oleh Rasulullah sejak 14 abad lalu?
    Pernahkah terpikir bagaimana cara Rasulullah memenangkan peperangan melawan kaum kafir?
    Ternyata ada peran besar dari para intelejen kepercayaan Rasulullah,
    Untuk mengetahui bagaimana konsep intelejen ala Rasulullah berikut saya sarikan dari sebuah artikel yang dimuat di http://www.arrahmah.com

    KONSEP INTELEJEN RASULULLAH
    Sebagai seorang ahli strategi perang, Nabi Muhammad Saw sudah memikirkan pentingnya peran seorang intelejen untuk menghadapi musuh. Konsep-konsep intelejen modern yang dikenal sekarang, bahkan sudah dilakukan Rasulullah pada jamannya.
    Beliau menugaskan para intelejennya untuk memata-matai gerakan musuh dan orang-orang yang dianggap munafik. Para agen intelejen Rasulullah juga wajib memegang teguh daftar nama-nama orang munafik itu. Daftar nama mereka harus dihafal, tidak boleh dicatat dan tidak boleh jatuh ke tangan orang lain agar tidak menimbulkan keresahan. Ciri orang munafik yang masuk daftar hitam Rasulullah adalah Rasulullah tidak ikut menyolatkannya ketika orang bersangkutan meninggal.
    Dalam memilih para agen intelijennya, Rasulullah menilainya dari kemampuan pribadi seseorang terutama dalam menyimpan rahasia. Karena itu, Rasulullah menerapkan sistem satu pintu untuk menyampaikan laporan dari hasil operasi intelijen para spionnya. Dengan sistem itu, para spion langsung menyampaikan laporannya pada Rasulullah Saw dan tidak boleh diketahui oleh orang lain, bahkan oleh para sahabat Rasulullah sendiri yang termasuk dalam Khulafaur Rashidin.
    Dan sejarah Islam tercatat nama Hudzaifah Ibnul Yaman sebagai salah satu agen intelejen atau spion andalan Rasulullah dalam menghadapi orang-orang kafir dan munafik yang ingin memerangi Islam dan Muslim. Oleh Rasulullah, Ibnul Yaman dinilai sebagai orang yang bisa dipercaya, memiliki ingatan yang kuat cerdik dan cerdas dalam mengolah informasi. Ibnul Yaman juga dikenal sosok yang mudah bergaul yang memudahkannya untuk menjalankan operasi mata-mata.
    Dalam Perang Khandaq (Perang Parit), Rasulullah menugaskan Ibnul Yaman untuk memata-matai pasukan kafir Quraisy dari Mekkah yang berkekuatan 10.000 ribu orang, ditambah bantuan kekuatan dari orang-orang Yahudi. Mereka berencana untuk menyerang kota Madinah yang hanya memiliki kekuatan 3.000 orang pasukan perang.
    Untuk menghadapi pasukan Yahudi dan Quraisy dibawah pimpinan Abu Sufyan, Rasulullah menerapkan strategi bertahan dengan membuat parit di sekeliling kota Madinah. Pada suatu malam, Rasulullah mengutus Hudzaifah Ibnul Yaman untuk menyusup ke tengah pasukan lawan. Mudah baginya untuk berbaur ke dalam pasukan lawan, karena Hudzaifah memiliki darah suku bangsa di Mekkah sehingga tidak mudah dikenali sebagai orang asing.
    Di pihak pasukan lawan, ada kebiasaan yang dilakukan setiap rapat. Sebelum rapat, orang-orang yang hadir harus memastikan bahwa orang-orang di sekelilingnya adalah teman dengan menanyakan nama dan asal-usulnya untuk memastikan bahwa pertemuan mereka aman.
    Agar penyamarannya tidak terbongkar, Hudzaifah selalu lebih dulu mencekal tangan orang di sebelahnya dan bertanya “siapa namamu?, darimana asalmu?” Orang yang ditanya akan terkejut karena mengira posisi Hudzaifah pasti salah satu pimpinan tertinggi sehingga bertanya lebih dulu. Orang yang ditanyapun langsung menyebutkan nama serta asalnya. Hudzaifah pun selamat dan bisa mengikuti rapat serta mendapatkan informasi penting dari hasil rapat tersebut. Salah satunya, informasi bahwa pasukan Abu Sufyan akan mundur karena merasa pasukannya tidak akan memenangkan pertempuran melawan Rasulullah dan pasukannya di kota Madinah.
    Dalam melaksanakan tugasnya sebagai mata-mata, Hudzaifah juga sangat hati-hati dan tidak bersikap yang bisa menimbulkan kecurigaan. Hudzaifah juga sangat kuat memegang teguh kepercayaan yang telah diberikan Rasulullah Saw kepadanya untuk memegang daftar orang-orang munafik. Bahkan ketika sahabat Rasulullah Saw, Umar bin Khattab menanyakan perihal daftar nama itu, Hudzaifah menolak memberikannya.
    Untuk mengetahui siapa orang-orang yang masuk daftar orang munafik itu, Umar hanya bisa mengamati jika ada rakyatnya yang meninggal dan Hudzaifah tidak menyolatkannya, maka orang itulah orang munafik itu.
    Sebagai negara yang memiliki kedaulatan, Madinah (pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) juga memiliki sejumlah perangkat fital untuk melindungi diri, baik ancaman dari luar, maupun dalam. Dan intelijen adalah salah satu perangkat itu.
    Terutama saat terjadi krisis antara Madinah dengan musuh-musuh dakwah, seperti Quraish, beberapa kabilah Yahudi sampai imperium Romawi, kekuatan intelijen Muslim telah melakukan perannya dengan sangat baik. Sehingga tak jarang, berbagai pertempuran dimenangkan berkat lihainya para informan, dalam memperoleh informasi mengenai kekuatan lawan. Sekalipun tidak bisa dipungkiri bahwa ada faktor lainnya yang juga ikut berperan, bantuan Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT).
    Tidak hanya para sahabat Rasulullah SAW yang bergerak dalam sektor ini. Beliau sendiri pernah melakukan aktivitas intelijen di beberapa kesempatan.

    Mengetahui Kekuatan Musuh dari Jumlah Logistik
    Adapula aktivitas intelijen lainnya. Rasulullah SAW kembali ke pasukan, tapi beliau masih perlu mengutus Ali bin Abi Thalib, Az Zubair bin Awam, dan Sa’ad bin Abi Waqash untuk mencari informasi mengenai kekuatan pasukan musuh. Sedangkan Rasulullah SAW menyusul kemudian.
    Dikisahkan, setelah dekat sumur Badar Ali bin Abi Thalib beserta Az Zubair bin Awam bertemu dengan dua orang budak. Setelah ditanya, mereka mengaku sebagai pemberi minum kaum Quraish. Namun, karena pengakuan itu, mereka berdua dipukuli oleh sekelompok orang yang juga berada di tempat itu. Hingga akhirnya, mereka mengatakan bahwa mereka pembantu Abu Sufyan, dan sekelompok orang tersebut berhenti mumukul dan meninggalkan mereka berdua. Rasulullah SAW yang saat itu berada di tempat itu menegaskan kepada para sahabat bahwa pemukulan terhadap kedua budak itu menunjukkan bahwa keduanya berkata benar, bahwa mereka memang dari kaum Quraish.
    Akhirnya ganti Rasulullah SAW yang bertanya kepada kedua budak itu, ”Berapa jumlah mereka?” Mereka menjawab, ”Banyak.” Rasulullah SAW kemudian menanyakan jumlah hewan yang dipotong untuk mereka setiap harinya. ”Kadang sembilan, kadang sepuluh ekor.” Informasi sederhana itu amat cukup bagi Rasulullah SAW, hingga akhirnya beliau berkesimpulan bahwa jumlah mereka antara sembilan ratus hingga seribu.
    Informasi mengenai pasukan musuh terus-menerus dikumpulkan. Tidak hanya oleh Rasulullah SAW sendiri, tapi para sahabat juga ikut berpartisipasi. Seperti yang dilakukan oleh Basbas bin Amru dan Adi bin Abi Az Zaghba’. Mereka sama-sama bertolak menuju Badar. Setelah tiba di sumur Badar, mereka bertemu dua budak perempuan yang saling berebut mengambil air. “Besok atau lusa akan datang kafilah, bekerjalah untuk mereka…” Setelah itu, budak lainnya mengalah. Kedua sahabat Rasulullah SAW tersebut mendengar percakapan itu, akhirnya mereka kembali untuk memberi kabar kepada Rasulullah SAW mengenai kedatangan pasukan Quraish.
    Itulah sekilas mengenai aktivitas intelijen menjelang meletusnya perang Badar, yang terjadi pada Jumat pagi, 17 Ramadhan tahun kedua setelah hijrah.

    Boleh Berbohong Saat Perang
    Dalam operasi intelijen, menyembunyikan identitas adalah hal mutlak diperlukan. Sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW saat bertemu dengan laki-laki Badui, ketika beliau bermaksud mengorek keterangan. Kepada lelaki itu beliau tidak terus terang menjawab bahwa beliau adalah Rasulullah SAW, walau laki-laki itu bertanya. Beliau hanya jawab “Dari air…”, maksudnya diciptakan dari air mani.
    Yang dilakukan Rasulullah SAW tidak bisa disebut kebohongan, tapi inilah yang disebut tauriyah, yakni mengungkapkan fakta, walau fakta itu bukan fakta yang diinginkan oleh lawan bicara.
    Adapun berbohong dalam arti sesungguhnya, yakni mengungkapkan hal yang berbeda dengan fakta, Imam Al Ghazali yang diikuti oleh Imam An Nawawi, dalam Al Adzkar (hal. 608-610), menyatakan kebolehannya, jika dilakukan dalam peperangan dan untuk kemaslahatan umat Islam. Tapi ada satu syarat: bahwa itulah satu-satunya cara.
    Pendapat tersebut berdasarkan pada Hadits yang diriwayatkan oleh Umu Kultsum, ”Dan aku tidak mendengar beliau memberi rukhshah (keringanan) sama sekali dari apa yang dikatakan oleh manusia, kecuali dalam tiga hal: peperangan, memperbaiki hubungan manusia, serta pembicaraan laki-laki terhadap istrinya atau istri terhadap suaminya. (Riwayat Al Bukhari).

    Operasi Intelijen Madinah
    Aktivitas intelijen Madinah, dari mencari informasi kekuatan dan menyusup ke barisan lawan, hingga mencari jejak
    Kiprah intelijen Madinah, tidak hanya terekam saat perang Badar terjadi. Dalam beberapa kondisi krisis lainnya, peranan intelijen juga terlihat. Berikut ini, beberapa operasi intelijen Madinah, yang telah dicatat oleh para sejarawan Muslim.

    Intel Madinah Menyusup ke Tengah Barisan Musuh
    Saat Yahudi dan Quraish melakukan koalisi untuk melakukan penyerangan terhadap Madinah, pihak Muslim berhasil mengetahui rancana itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) kemudian memerintahkan para sahabat membuat parit, guna membentengi Madinah, hingga terjadilah perang Khandaq di bulan Syawal tahun ke-5 setelah hijrah.
    Tatkala pasukan Quraish tertahan di luar parit, dan berhadapan dengan angin yang berhembus amat kencang, Rasulullah SAW segera memerintahkan Hudzaifah bin Yaman menyusup ke dalam berisan musuh. Tanpa banyak kesulitan, beliau berhasil bergabung dengan kelompok Quraish, dan mendapatkan informasi bahwa Abu Sufyan, memerintahkan pasukannya untuk kembali ke Makkah, disebabkan cuaca buruk.
    Lebih dari itu, saat itu Hudzaifah sebenarnya memiliki peluang membunuh Abu Sufyan, ”Kalau seandainya Rasulullah SAW tidak berpesan kepadaku agar tidak ada yang terbunuh hingga aku kembali, maka aku akan membunuhnya dengan busur.” (As Sirah An Nabawiyah, 3/154,166)

    Penggunaan Sandi dalam Pertempuran
    Seperti yang biasa berlaku dalam dunia intelijen dan militer modern, guna membedakan siapa kawan dan lawan, pasukan Muslim pada zaman Rasulullah SAW memiliki sandi khusus. Dalam berbagai peperangan berbagai macam sandi telah digunakan. Berikut ini sandi-sandi tersebut:
    – Dalam pertempuran Khandaq dan Bani Quraidhah, pasukan Muslimin menggunakan sandi, “Haamiim, la yunsharun.” (Riwayat Abu Dawud), yang menurut salah satu penafsiran, bermakna bahwa Allah tidak bisa dikalahkan, karena Haamiim menurut penafsiran ini adalah salah satu dari nama Allah Ta’ala.
    – Dalam pertempuran melawan Bani Malmuh, yang dilakukan malam hari, digunakan sandi, “Amit..amit.” (As Sirah An Nabawiyah, 4/472), yang maknanya, “bunuhlah…bunuhlah”.
    – Sedangkan saat Fathu Makkah, perang Hunain dan Thaif sandi yang digunakan kaum Muhajirin adalah “Ya Bani Abdirrahman,” sedangkan sandi kabilah Khazraj adalah, “Ya, Bani Abdillah,” dan sandi kabilah Aus adalah “Ya Bani Ubaidillah.”
    – Di kesempatan lain Rasulullah SAW saat melepas pasukan kecil yang dipimpin oleh Talhah, beliau bersabda, ”Sandi kalian Ya Ashr.” (Riwayat Ibnu Abi Syaibah). Ashr bermakna sepuluh, menggunakan sandi ini karena jumlah mereka sepuluh orang.

    Memeriksa Boleh, Memaksa Mengaku Dilarang
    Dalam interogasi sering terjadi penyiksaan untuk mendapat pengakuan. Bolehkah itu dilakukan?
    Hatib bin Abi Balta’ah termasuk golongan Muhajirin. Bahkan beliau adalah salah satu ahlu Badar, dan sudah tinggal di Madinah selama beberapa tahun bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW). Suatu kali ia merasa risau atas rencana Rasulullah SAW mengirim pasukan ke Makkah karena takut terjadi apa-apa atas keluarganya yang masih tinggal di sana.
    Hatib kemudian punya inisiatif mengabarkan kepada para keluarganya mengenai rencana Rasulullah SAW itu secara diam-diam. Caranya, dengan menitipkan sebuah surat kepada salah satu wanita budak Bani Abdul Muthalib untuk disampaikan kepada keluarganya itu. Tentu, yang dilakukan Hatib bisa membocorkan rahasia rencana penyerangan ke Makkah. Dan di sini keselamatan ribuan pasukan Muslim menjadi taruhannya.
    Rasulullah SAW menerima “kabar langit” tentang apa yang dilakukan Hatib. Beliau kemudian segera mengutus Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam, untuk mengejar wanita itu. Ternyata, wanita pembawa pesan itu sudah sampai di tempat persinggahan Al Khaliqah, yang berjarak 12 mil dari Madinah.
    Setelah mendapatinya, kedua sahabat Rasulullah SAW tersebut meminta wanita itu turun dari kendaraan, dan memeriksa kendaraan yang ditungganginya. Akan tetapi mereka tidak menemui apa yang dicari. Mereka yakin bahwa yang dikatakan Rasulullah SAW pasti benar, hingga Ali bin Abi Thalib mengatakan, ”Tunjukkan tulisan itu! Atau kami akan memeriksamu!” Melihat keduanya tampak serius, wanita itu mengeluarkan tulisan yang diselipkan di sela-sela kain di kepalanya.
    Setelah memperoleh bukti yang jelas, Rasulullah SAW memanggil Hatib bin Abi Balta’ah, guna mengatahui apa yang mendorongnya berbuat demikian. “Wahai Hatib, kenapa engkau melakukan hal ini?” Hatib menjawab, ”Wahai Rasulullah, demi Allah saya benar-benar orang yang beriman terhadap Allah dan Rasul-Nya. Saya tidak berubah dan menggantinya. Hanya saya tidak memiliki keluarga, sedangkan anak-anak saya berada dalam asuhan mereka (Quraish), maka saya melakukan itu untuk mereka.”
    Saat itu, Umar bin Al Khaththab yang ikut serta bersama Rasulullah SAW kelihatan marah. ”Wahai Rasulullah,” kata Umar, “Izinkan saya untuk memenggal lehernya, sesungguhnya laki-laki ini telah melakukan nifaq.” Rasulullah SAW membalas perkataan Umar, ”Tidak tahukah engkau wahai Umar, bahwa Allah telah memperhatikan ahlu Badar, dan berfirman, ”Kerjakan semau kalian, Aku telah mengampuni kalian.” (As Sirah An Nabawiyah, 4/308).

    Pengakuan karena Paksaan Tak Berlaku
    Para ulama madzhab empat telah bersepakat bahwa pengakuan yang disebabkan paksaan tidak bisa dijadikan dasar untuk menjatuhkan hukuman. Berikut, pandapat mereka:
    Madzhab Hanafi
    Al Kasani menyebutkan, bahwa kerelaan adalah salah satu aspek yang menentukan bahwa sebuah pengakuan itu sah atau tidak. Dengan demikian, maka pengakuan orang yang dipaksa tidak sah. (Bada’i’ As Shana’i’, 7/224).
    Madzhab Maliki
    Qadhi Sahnun menyebutkan masalah hukum pihak yang mengaku setelah diancam, baik dengan diikat, dipenjara serta dipukul, tidak berlaku hadd. Imam Malik mengatakan, ”Tidak diberlakukan kepadanya hadd, kecuali ia mengakui hal itu dengan rasa aman dan tanpa rasa takut.” (Al Mudawwanah, 16/93).
    Madzhab Syafi’i
    Al Imrani mengatakan, ”Tidak diterima pengakuan orang yang dipaksa, Sabda Rasulullah SAW, ’dingkat (dimaafkan) untuk umatku kesalahan, lupa dan apa yang dipaksakan kepadanya.’ Dan karena orang yang dipaksa tidak masuk dalam golongkan mukallaf. (Al Bayan, 13/418).
    Madzhab Hanbali
    Ibnu Qudamah mengatakan, ”Kalau seorang laki-laki dipukul agar ia mengaku berzina, tidak wajib atasnya hadd, dan tidak bisa ditetapkan bahwa ia berzina. Saya tidak mengetahui para ulama khilaf, bahwa seorang yang dipaksa mengaku tidak wajib atasnya hadd.” (Al Mughni, 9/7181).
    “Sesungguh banyak terdapat Pelajaran dari orang-orang terdahulu, Namun sedikit orang-orang yang mau berpikir dengan jernih.”
    “wal tandzur nafsun maa qodamat lighodd”
    - See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/03/31/11695-konsep-intelijen-rasulullah.html#sthash.DluAp2si.dpuf

    Tidak ada komentar:

    Fashion

    Beauty

    Travel